Gantle parenting pertama kali dipopulerkan oleh Sarah Ockwell-Smith pada tahun 2015. Gentle parenting menekankan pada kedekatan hubungan emosional antara orang tua dan anaknya dengan mengurangi hukuman pada perilaku yang tidak diinginkan. Sebenarnya, gentle parenting ini mirip dengan tipe pola asuh authoritative, dimana terjadi keseimbangan antara kehangatan dan kasih sayang orang tua dengan batasan-batasan yang jelas.
Salah satu konsep penting dari gentle parenting adalah ‘co-regulation’, yaitu orang tua perlu memperhatikan kondisi emosi diri mereka sendiri saat menanggapi perilaku anak yang tidak diinginkan. Perlu disadari bahwa emosi itu dapat menular. Oleh karena itu, jika orang tua menampilkan emosi marah saat menghadapi perilaku anak, maka anak pun dapat semakin kesal saat mendengarkan omelan dari orang tua.
Di sisi lain, kritik terhadap metode pengasuhan ini muncul saat anak mengarahkan kekesalannya kepada orang tua seperti berteriak, menggunakan kata-kata kasar, dan menyalahkan orang tua. Pada situasi ini, penggunaan gentle parenting dapat memperparah perilaku negatif anak. Selain itu, anak juga kehilangan kesempatan untuk berlatih mengelola emosinya secara mandiri.
Strategic disengagement merupakan strategi yang dapat dilakukan oleh orang tua saat anak yang marah tidak bisa lagi ditenangkan secara lembut. Orang tua perlu melepaskan diri dari anak-anak dengan menahan diri untuk tidak berbicara dengan anak. Hal tersebut perlu dilakukan karena apapun yang disampaikan orang tua dapat meningkatkan kemarahan anak. Orang tua perlu menyampaikan kepada anak bahwa ‘Mama/papa tidak akan berbicara denganmu karena kamu terus-menerus berteriak’ atau ‘Papa/mama akan dengan senang hati berbicara denganmu kalau kamu sudah bisa tenang’. Setelah itu, orang tua perlu meninggalkan anaknya dan menghindari interaksi sampai anak benar-benar merasa tenang. Biasanya anak membutuhkan waktu satu hingga dua jam untuk bisa menenangkan dirinya. Seiring berjalannya waktu, anak akan belajar bahwa cara untuk bisa berinteraksi kembali dengan orang tuanya adalah dengan menenangkan dirinya.
Disengagement dalam situasi ini bukan berarti mengabaikan anak. Orang tua perlu tetap mempertahankan sikap tenang dan netral. Jika anak masih terlalu kecil untuk ditinggal sendirian, maka orang tua tetap perlu berada di ruangan yang sama untuk mengawasi anak. Setelah anak benar-benar menjadi tenang, orang tua perlu kembali berinteraksi secara hangat dan penuh kasih sayang dengan anak.