Artificial Intelligence (AI) merupakan kemampuan sistem komputer untuk melaksanakan tugas kompleks yang selama ini hanya mampu dilakukan oleh kemampuan berpikir manusia, seperti penalaran, membuat keputusan, dan memecahkan masalah. Didukung oleh algoritma yang lebih kompleks, AI telah berkembang dengan pesat dan menghasilkan aplikasi yang lebih canggih seperti mobil tanpa pengemudi dan asisten pribadi.
Saat ini, banyak peneliti mengembangkan penggunaan AI untuk meningkatkan kemampuan memprediksi, mengdiagosa, dan mengobati gangguan kesehatan mental. Penggunaan kumpulan data dalam jumlah besar memungkinkan para peneliti mengidentifikasi faktor yang menyebabkan seseorang lebih rentan terhadap gangguan kesehatan mental, meningkatkan keakuratan dalam mendiagnosis gangguan, dan menilai jenis pengobatan yang lebih efektif untuk karakteristik pasien tertentu. Selain itu, mechine learning dapat membantu mengidentifikasi faktor genetik yang berkontribusi memunculkan gangguan kesehatan mental pada seseorang.
Semakin luasnya penggunaan AI dalam kehidupan sehari, isu etika menjadi hal yang perlu dikhawatirkan. Akankan AI melanggar privasi dan kebebasan manusia? Apakah manusia akan kehilangan pekerjaannya oleh robot? Apakah mesin dapat menjadi lebih pintar daripada manusia? Pembahasan mengenai isu etika dalam sistem AI perlu menggunakan sudut pandang moral. Hal penting yang perlu disadari adalah masin tidak bisa menggantikan manusia. Perkembangan AI membuat suatu bentuk relasi baru bagi manusia, yaitu relasi dengan mesin. Hal tersebut terjadi seiring meningkatnya frekuensi dan intensitas manusia bekerja bersama mesin. Tantangan selanjutnya adalah mendesain mesin AI yang dapat memenuhi kebutuhan dan harapan manusia tanpa menghilangkan eksistensi dari manusia itu sendiri.